Ikut lomba tanpa harus terluka

Ada lomba qiroatul kutub yaitu lomba baca kitab gundul. Dua temanku diutus. Mereka berdua sudah terkenal jago membaca arab gundul.
Saking pintarnya temanku sampai juri bingung dibuatnya.
Ada pula lomba membaca syair, kemudian khitobah bahasa arab dan
masih banyak lagi.
Perlombaan paling bergengsi
adalah debat bahasa arab. Sebuah kompetisi yang menuntut keberanian, kefasihan
berbicara, dan tentunya argumen yang kuat.
Perlombaan yang selalu membikin panas hati dan badan. Dan juga seluruh elemen mulai dari penonton, juri, kawan dan lawan .
Hingga temperatur badanku naik drastis dan memaksaku mangkat dari gedung perlombaan.
Perlombaan yang selalu membikin panas hati dan badan. Dan juga seluruh elemen mulai dari penonton, juri, kawan dan lawan .
Hingga temperatur badanku naik drastis dan memaksaku mangkat dari gedung perlombaan.
Mungkin
salah satu faktor pemantik suhu lomba adalah temanya. Tema-tema hangat seperti
pernikahan dini, kontrak Freeport, hingga masalah biaya pendidikan cukup cerdas
untuk dipilih.
Ternyata bahasa yang digunakan cukup baku dan tinggi. Aku
harus mampu mengimbanginya. Maka mulailah essay itu diketik.
Mulailah aku mengumpulkan fakta, menghimpun data, mengatur artikulasi kata demi kata hingga nikmat untuk dibaca.
Tepat pada 3 Oktober, klik!
Aku kirim file itu.
Mulailah aku mengumpulkan fakta, menghimpun data, mengatur artikulasi kata demi kata hingga nikmat untuk dibaca.
Tepat pada 3 Oktober, klik!
Aku kirim file itu.
Hari ini adalah penantian.
Pengumuman
tiba….
Ternyata hasil lomba essay –nya…
Kau tahu judul essay-ku apa?
"Andil Bahasa Arab dan Tekhnologi dalam Mewujudkan Peradaban Dunia Madani"
"Andil Bahasa Arab dan Tekhnologi dalam Mewujudkan Peradaban Dunia Madani"
Ada di peringkat 2! Yes Alhamdulillah.
Pesantrenku dengan rahmat Allah berhasil menjadi juara umum. Menggondol satu trophy di lomba essay, qiro’atul kutub, dan satu lagi di lomba paling panas dan bergengsi yaitu lomba debat.
Bukan bermaksud sombong, namun pesantrenku sebenarnya sudah sering keluar menjadi juara umum.
Pesanku pada kalian, jangan bosan-bosan ikut lomba. Banyak
manfaat yang diraih seperti ilmu, pengalaman, dan semangat juang. Menang
bukanlah tujuan. Kebersamaan, spirit dan pengalaman adalah mutiara yang lebih
berharga.
Salah seorang kakak kelasku berkata
“Saya sangat mencintai perlombaan.
Lomba mengajari kita bagaimana menjadi orang-orang yang kuat.
Kita tak perlu kecewa sebab kalah.
Tak boleh pula jumawa karena menang.
Ketika kau lomba, siapkan posisimu andai kau kalah.
Kau tak perlu bersiap untuk menang, karena jika namamu disebut di deretan pemenang kau akan senang juga ya kan!??”
Lomba mengajari kita bagaimana menjadi orang-orang yang kuat.
Kita tak perlu kecewa sebab kalah.
Tak boleh pula jumawa karena menang.
Ketika kau lomba, siapkan posisimu andai kau kalah.
Kau tak perlu bersiap untuk menang, karena jika namamu disebut di deretan pemenang kau akan senang juga ya kan!??”
Selamat berlomba! Semua kita adalah sang juara.